I.
PENDAHULUAN
1.
Definisi
konsepsional atau pengertian kreatifitas 4P ( Produk, proses, pendorongan, dan
pribadi ).
A.
Produk
·
Definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari
proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna § Mengenali
bakat, ciri pribadi, mendorong dengan motivasi, menyediakan waktu dan sarana
prasarana, serta mempertunjukkan hasil karya guna menggugah minat untuk
berkreasi akan membuat individu terpacu untuk kreatif (Munandar, 2002).
·
Munandar (dalam Afifa, 2007) menyatakan bahwa suatu karya cipta pada
hakikatnya tidaklah baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan atau
kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsurunsur yang sudah ada
sebelumnya.
·
Stein (dalam Basuki, 2010) menyatakan bahwa suatu produk baru dapat
disebut karya kreatif jika mendapatkan pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat
pada waktu tertentu.
B. Proses
·
Ditinjau sebagai proses, menurut Torrance (1988) kreativitas adalah
proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang
kekurangan (masalah) ini, menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian
mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyaipaikan hasil-hasilnya
·
Munandar (2002) mengemukakan bahwa untuk mengembangkan kreativitas anak
ada beberapa cara yang dapat digunakan antara lain memberi kesempatan untuk
menyibukkan diri secara kreatif, merangsang individu untuk melibatkan diri
dalam berbagai kegiatan kreatif, memberikan kebebasan kepada individu untuk
mengekspresikan diri secara kreatif, menghargai kreativitas individu,
meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan konstruktif yang diminati oleh
individu.
·
Wallace dalam bukunya The Art of Thought (dalam Afifa, 2007)
menjelaskan langkah-langkah atau tahapan dalam proses kreativitas yang meliputi
tahap persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi.
C. Pendorongan
·
Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan
dorongan internal maupun eksternal dari lingkungan
·
Kreativitas dapat terwujud dengan adanya dorongan dari diri individu (intrinsic)
dan lingkungan (ekstrinsik).
·
Csikszentmihalyi (dalam Afifa, 2007) ada beberapa faktor yang mendorong
tumbuhnya kreativitas yaitu:
· Predisposisi genetik (Genetic
predisposition)
Predisposisi genetik atau genetic
predisposition sebagai faktor pertama yang memberikan peluang terhadap
tumbuhnya kreativitas, seseorang yang mempunyai potensi keterampilan kinestetik
yang baik akan berpeluang menjadi penari, namun ia juga harus mempunyai
kepekaan terhadap nada dan suara untuk memahami musik yang berkaitan erat
dengan tari. Dengan memperoleh keberhasilan yang terus meningkat menjadi lebih
baik pada ranahnya masing-masing, minat seorang anak akan lebih mendalam dan
ingin mempelajari sesuatu yang diminatinya lebih jauh lagi.
· Akses terhadap ranah (Acces
to a domain)
Untuk memicu tumbuhnya
kreativitas menurut Csikszentmihalyi (dalam Afifa, 2007) diperlukan akses
terhadap ranah yang diminati, yang ditentukan juga oleh faktor keberuntungan.
Contohnya adalah bila anak dilahirkan dalam keluarga yang mendukung minatnya,
sekolah yang memberikan terhadap tumbuhnya berbagai aspek kecerdasan, adanya
pembimbing yang dapat mengarahkan minat dan bakatnya (sebagai motivator dan
fasilitator), serta adanya guru atau pelatih yang kompeten di bidangnya.
· Akses terhadap bidang (Acces
to a field)
Pengakuan terhadap
kreativitas seseorang penting bagi orang-orang yang sedang berkarya di
bidangnya. Karenanya ia perlu membina hubungan baik di lapangan dengan para
pakar dan orang yang relevan di bidangnya. Dalam hal ini sekolah perlu membantu
siswa yang menunjukkan minat dan bakat kreatifnya di bidang seni. Caranya
antara lain, membina hubungan dengan lembaga-lembaga terkait melalui
program-programnya. Seperti contohnya di Jakarta, dengan: Dewan Kesenian
Jakarta, Indonesian Dance Festival (di Institut Kesenian Jakarta), Gedung
Kesenian Jakarta dan lain-lain.
D. Pribadi
·
Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi
yang unik dengan lingkungannya.
·
Faktor pribadi yang kreatif menurut Roger (dalam Afifa, 2007) :
· Keterbukaan kepada
pengalaman,
· Kemampuan untuk memberikan
penilaian secara internal sesuai dengan lokus pribadinya,
· Kemampuan untuk secara
spontan bereksplorasi bermain dengan elemen-elemen dan konsep-konsep.
II.
Teori-teori
mengenai kreativitas
1. Menjelaskan teori-teori yang melandasi pengembangan
kreativitas, menurut:
a. Teori Psikoanalisis
1. Teori Freud
Menurut beberapa pakar psikologi
kemampuan kreatif merupakan ciri kepribadian yang menetapkan pada lima tahun
pertama dari kehidupan. Sigmund Freud (1856-1939) adalah tokoh yang menganut
pandangan ini. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang
merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang
tidak menyenangkan atau yang tidak diterima. Karena mekanisme pertahanan
mencegah pengamatan yang cermat dari dunia, dan karena menghabiskan energi
psikis, mekanisme pertahanan biasanya merintangi produktivitas kreatif. Freud
percaya, bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan
kreatif, mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama dari kreativitas.
Kaitan antara kebutuhan seksual yang tidak disadari dan kreativitas mulai pada tahun-tahun pertama dalam kehidupan. Menurut Freud, orang hanya didorong untuk menjadi kreatif jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual secara langsung. Pada umur empat tahun anak mengemabangkan hasrat fisik untuk orang tua dari jenis kelamin yang berbeda. Karena kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka terjadi sublimasi dan awal dari imajinasi. Freud menjelaskan banyak karya seni sebagai sublimasi dari seniman. Sebagai contoh, banyaknya lukisan Leonardo da Vinci mengenai madonna yang dihasilkan dari kebutuhan seksual dengan tokoh yang disublimasi, karena ia kehilangan ibunya pada usia muda.
Macam Mekanisme Pertahanan adalah :
a.Represi, yaitu secara tidak sadar melupakan pengalaman yang tidak menyenangkan untuk diingat.
b.Kompensasi, yaitu berusaha mengimbangi ketidakmampuan yang dilakukan secara tidak sadar dengan menonjolkan pada hal lain.
c.Sublimasi, yaitu jika tidak mampu memenuhi dorongan seks, mengimbangi dengan kreativitas dibidang seni, misalnya menjadi pemain bola.
d.Rasionalisasi, yaitu percaya bahwa suatu kondisi yang bertentangan dengan apa yang diinginkan sesungguhnya adalah memang hal yang diinginkan, misalnya karena tidak berhasil mendapatkan tiket untuk melihat pertandingan sepak bola kemudian mengatakan bahwa sebenarnya ia tidak tertarik untuk pergi.
e.Identifikasi, yaitu ingin menjadi seperti seseorang dengan menerima standar dan nilai orang itu menjadi standar dan nilai diri sendiri.
f.Introjeksi, yaitu menerima standar dan nilai seseorang karena takut untuk tidak sependapat dengan dia.
g.Regresi, yaitu kembali ke prilaku yang sebelumnya berhasil, jika prilaku saat ini tidak berhasil, misalnya menangis ketika mendapat nilai rendah dengan harapan guru akan merubah nilainya.
h.Proyeksi, yaitu menganggap seseorang meemiliki perasaan terhadap seseorang yang sebaliknya dari perasaan sesungguhnya terhadap dia.
i.Pembentukan reaksi, yaitu pengalihan impuls yang menimbulkan kecemasan ke impuls lawannya, misalnya apabila seseorang merasa benci atau dendam pada orang lain dan kebencian itu menimbulkan kecemasan pada dirinya, maka orang tersebut akan menampilkan prilaku sayang atau kasih (cinta) utnuk menyembunyikan rasa benci tersebut.
j.Pemindahan, yaitu jika takut mengungkapkan perasaan terhadap seseorang, perasaan itu diungkapkan terhadap seseorang yang kurang kuasa, misalnya karena takut menyatakan kemarahan kepada atasan, maka marah-marah pada anak.
k.Kompartementalisasi, yaitu mempunyai dua kepercayaan yang saling bertentangan pada saat yang sama, misalnya meskipun ia sebetulnya bodoh, tetapi ia pintar berhitung (freud, S. 1963, introductory lectures on psycho-analysis dalam Utami Munandar, 1999).
Kaitan antara kebutuhan seksual yang tidak disadari dan kreativitas mulai pada tahun-tahun pertama dalam kehidupan. Menurut Freud, orang hanya didorong untuk menjadi kreatif jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual secara langsung. Pada umur empat tahun anak mengemabangkan hasrat fisik untuk orang tua dari jenis kelamin yang berbeda. Karena kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka terjadi sublimasi dan awal dari imajinasi. Freud menjelaskan banyak karya seni sebagai sublimasi dari seniman. Sebagai contoh, banyaknya lukisan Leonardo da Vinci mengenai madonna yang dihasilkan dari kebutuhan seksual dengan tokoh yang disublimasi, karena ia kehilangan ibunya pada usia muda.
Macam Mekanisme Pertahanan adalah :
a.Represi, yaitu secara tidak sadar melupakan pengalaman yang tidak menyenangkan untuk diingat.
b.Kompensasi, yaitu berusaha mengimbangi ketidakmampuan yang dilakukan secara tidak sadar dengan menonjolkan pada hal lain.
c.Sublimasi, yaitu jika tidak mampu memenuhi dorongan seks, mengimbangi dengan kreativitas dibidang seni, misalnya menjadi pemain bola.
d.Rasionalisasi, yaitu percaya bahwa suatu kondisi yang bertentangan dengan apa yang diinginkan sesungguhnya adalah memang hal yang diinginkan, misalnya karena tidak berhasil mendapatkan tiket untuk melihat pertandingan sepak bola kemudian mengatakan bahwa sebenarnya ia tidak tertarik untuk pergi.
e.Identifikasi, yaitu ingin menjadi seperti seseorang dengan menerima standar dan nilai orang itu menjadi standar dan nilai diri sendiri.
f.Introjeksi, yaitu menerima standar dan nilai seseorang karena takut untuk tidak sependapat dengan dia.
g.Regresi, yaitu kembali ke prilaku yang sebelumnya berhasil, jika prilaku saat ini tidak berhasil, misalnya menangis ketika mendapat nilai rendah dengan harapan guru akan merubah nilainya.
h.Proyeksi, yaitu menganggap seseorang meemiliki perasaan terhadap seseorang yang sebaliknya dari perasaan sesungguhnya terhadap dia.
i.Pembentukan reaksi, yaitu pengalihan impuls yang menimbulkan kecemasan ke impuls lawannya, misalnya apabila seseorang merasa benci atau dendam pada orang lain dan kebencian itu menimbulkan kecemasan pada dirinya, maka orang tersebut akan menampilkan prilaku sayang atau kasih (cinta) utnuk menyembunyikan rasa benci tersebut.
j.Pemindahan, yaitu jika takut mengungkapkan perasaan terhadap seseorang, perasaan itu diungkapkan terhadap seseorang yang kurang kuasa, misalnya karena takut menyatakan kemarahan kepada atasan, maka marah-marah pada anak.
k.Kompartementalisasi, yaitu mempunyai dua kepercayaan yang saling bertentangan pada saat yang sama, misalnya meskipun ia sebetulnya bodoh, tetapi ia pintar berhitung (freud, S. 1963, introductory lectures on psycho-analysis dalam Utami Munandar, 1999).
2.
Teori Ernest
Kris
Ernest Kris (1900-1957) menekan
bahwa mekanisme pertahan regresi (beralih ke prilaku sebelumnya yang akan
memberi kepuasan, jika prilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi
kepuasan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.
Orang-orang yang kreatif adalah mereka yang paling mampu memanggil bahan-bahan alam pikiran tidak sadar. Sebagai orang dewasa kita tidak mengalami hambatan untuk bisa seperti anak dalam pikiran mereka. Mereka dapat mempertahankan sikap bermain dengan masalah-masalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian, mereka mampu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif untuk “regress in the service of the ego”.
Orang-orang yang kreatif adalah mereka yang paling mampu memanggil bahan-bahan alam pikiran tidak sadar. Sebagai orang dewasa kita tidak mengalami hambatan untuk bisa seperti anak dalam pikiran mereka. Mereka dapat mempertahankan sikap bermain dengan masalah-masalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian, mereka mampu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif untuk “regress in the service of the ego”.
3.
Teori Jung
Carl Jung (1875-1961) juga percaya
bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas
tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu
pribadi. Disamping itu, ingatan kabur dari pengalaman-pengalaman seluruh umat
manusia tersimpan disana. Secara tidak sadar kita “mengingat” pengalaman-pengalaman
yang paling berpengaruh dari nenek moyang kita. Dari ketidaksadaran kolektif
ini timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Proses inilah
yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.
b.
Teori
Humanistik
1.
Teori
Abraham Maslow
Menurut Abraham
Maslow (1908-1970) pendukung utama dari teori humanistik, manusia mempunyai
naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan ini harus
dipenuhi dalam urutan tertentu. Kebutuhan primitif muncul pada saat lahir, dan
kebutuhan tingkat tinggi berkembang sebagai proses pematangan. Sebagai contoh,
belajar memahami dan menghargai musik meningkatkan hasrat untuk belajar lebih
banyak tentang musik. Proses perwujudan diri erat berkaitan dengan kreativitas.
Bebas dari neurosis, orang yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya
pada yang hakiki. Mereka dapat mencapai apa yang disebut oleh Maslow “peak
experience” – saat mendapat kilasan ilham (flash of insight) yang menyebabkan
kegembiraan dan rasa syukur karena hidup.
2.
Teori
Carl Rogers
Menurut Carl Rogers
(1902-1987) tiga kondisi dari pribadi yang kreatif ialah:
a. Keterbukaan terhadap pengalaman.
b. Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation).
c. Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.
Setiap orang memiliki ketiga ciri ini kesehatan psikologisnya sangat baik. Orang ini berfungsi sepenuhnya, menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam untuk berkreasi (internal press).
Kedua aliran tersebut dimuka –psikoanalisis dan humanistik- amat berbeda dalam penjelasan kepribadian kreatif. Keduanya mempunyai maknanya tersendiri. Penekanan teori psikoanalisis pada alam pikiran tidak sadar dan timbulnya kreativitas sebagai kompensasi dari masa anak yang sulit, dapat menjelaskan kehidupan banyak tokoh-tokoh yang produktif. Sedangkan teori humanistik lebih menekankan pada kesehatan psikologis yang memungkinkan seseorang mengatasi masalah kehidupannya. Teori ini bertitik tolak dari pandangan bahwa manusia menentukan nasibnya sendiri.
Aliran humanistik melihat kreativitas sebagai lebih sadar, kognitif, dan intensional daripada teori psiokoanalisis. Konsep humanistik ialah bahwa kreativitas dilahirkan karena dorongan untuk mencapai kemungkinan-kemungkinan yang tertinggi dalam hidup dna bukan sebagai pertahanan terhadap neurosis.
Kreativitas adalah dapat berkembang dalam suasana non-otoriter, yang memungkinkan individu untuk berpikir dan menyatakan diri secara bebas, dan di mana sumber dari pertimbangan evaluatif adalah internal (Rogers, dalam Vernon, 1982).
Carl Rogers (dalam Vernon, 1982) menegaskan bahwa satu persyaratan utama bagi berkembangannya kreativitas suatu bangsa adalah adanya kebebasan. Kebebasan untuk berpikir, menyatakan pikiran, mencipta, yang dapat kita ringkaskan pada moyangnya segala rupa kebebasan yang menjadi hak asasi manusia, yakni adanya kebebasan melakukan pilihan (freedom of choice).
Menurut pengalaman Rogers dalam psikoterapi, penciptaan kondisi keamanan dan kebebasan psikologis memungkinkan timbulnya kreatifitas yang konstruktif.
1.Keamanan Psikologis
• Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya (memberi kepercayaan, yang dapat memberi efek menghayati suasana keamanan).
• Mengusahakan suasana yang ada didalamnya evaluasi eksternal tidak ada (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau punya mempunyai efek mengancam)
• Memberikan pengertian secara empatis (dapat ikut menghayati) perasaan, pemikiran, tindakan serta dapat melihat sudut pandang, dan tetap menerimanya, memberi rasa aman.
2.Kebebasan Psikologis
Jika setiap orang memiliki kesempatan untuk bebas mengeksperiskan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya, permissiveness ini memberikan pada seseorang kebebasan dalam berpikir atau merasakan sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Mengekspresikan tindakan konkret perasaan-perasaannya (misalnya dengan memukul) tidak selalu dimungkinkan, karena hidup dalam masyarakat selalu ada batas-batasnya, tetapi eksperesi secara simbolis hendaknya dimungkinkan.
a. Keterbukaan terhadap pengalaman.
b. Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation).
c. Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.
Setiap orang memiliki ketiga ciri ini kesehatan psikologisnya sangat baik. Orang ini berfungsi sepenuhnya, menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam untuk berkreasi (internal press).
Kedua aliran tersebut dimuka –psikoanalisis dan humanistik- amat berbeda dalam penjelasan kepribadian kreatif. Keduanya mempunyai maknanya tersendiri. Penekanan teori psikoanalisis pada alam pikiran tidak sadar dan timbulnya kreativitas sebagai kompensasi dari masa anak yang sulit, dapat menjelaskan kehidupan banyak tokoh-tokoh yang produktif. Sedangkan teori humanistik lebih menekankan pada kesehatan psikologis yang memungkinkan seseorang mengatasi masalah kehidupannya. Teori ini bertitik tolak dari pandangan bahwa manusia menentukan nasibnya sendiri.
Aliran humanistik melihat kreativitas sebagai lebih sadar, kognitif, dan intensional daripada teori psiokoanalisis. Konsep humanistik ialah bahwa kreativitas dilahirkan karena dorongan untuk mencapai kemungkinan-kemungkinan yang tertinggi dalam hidup dna bukan sebagai pertahanan terhadap neurosis.
Kreativitas adalah dapat berkembang dalam suasana non-otoriter, yang memungkinkan individu untuk berpikir dan menyatakan diri secara bebas, dan di mana sumber dari pertimbangan evaluatif adalah internal (Rogers, dalam Vernon, 1982).
Carl Rogers (dalam Vernon, 1982) menegaskan bahwa satu persyaratan utama bagi berkembangannya kreativitas suatu bangsa adalah adanya kebebasan. Kebebasan untuk berpikir, menyatakan pikiran, mencipta, yang dapat kita ringkaskan pada moyangnya segala rupa kebebasan yang menjadi hak asasi manusia, yakni adanya kebebasan melakukan pilihan (freedom of choice).
Menurut pengalaman Rogers dalam psikoterapi, penciptaan kondisi keamanan dan kebebasan psikologis memungkinkan timbulnya kreatifitas yang konstruktif.
1.Keamanan Psikologis
• Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya (memberi kepercayaan, yang dapat memberi efek menghayati suasana keamanan).
• Mengusahakan suasana yang ada didalamnya evaluasi eksternal tidak ada (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau punya mempunyai efek mengancam)
• Memberikan pengertian secara empatis (dapat ikut menghayati) perasaan, pemikiran, tindakan serta dapat melihat sudut pandang, dan tetap menerimanya, memberi rasa aman.
2.Kebebasan Psikologis
Jika setiap orang memiliki kesempatan untuk bebas mengeksperiskan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya, permissiveness ini memberikan pada seseorang kebebasan dalam berpikir atau merasakan sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Mengekspresikan tindakan konkret perasaan-perasaannya (misalnya dengan memukul) tidak selalu dimungkinkan, karena hidup dalam masyarakat selalu ada batas-batasnya, tetapi eksperesi secara simbolis hendaknya dimungkinkan.
C. Teori
Csikszentmihalyi
·
Dalam
teori Csikzenmihalyi memberikan 5 ciri kreativitas :
a.Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah predisposisi genetis (genetic predisposition). Contohnya sesorang yang sistem sensorinya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.
b.Minat pada usia dini pada ranah tertentu. Minat menyebabkan seseorang terlibat sacara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
c.Akses terhadap suatu bidang (access to a domain). Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina atau mentor dalam bidang yang diminat, sangat membantu pengembangan bakat.
d.Access to a field. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat dan tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, sangat penting untuk mendapat pengakuan dan penghargaan dari orang-orang penting.
e.Orang-orang yang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapai tujuannya. (Utami Munandar, 1999).
Ciri-ciri kepribadian kreatif menurut Csikzenmihalyi
Mengemukakan 10 pasang ciri-ciri kepribadiaan kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis.
a.Pribadi yang kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka dapat berkerja selama berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi juga bisa tenang dan rileks, tergantung situasinya.
b.Pribadi yang kreatif cerdas dan cerdik tetapi pada saat yang sama mereka juga naif. Mereka tampak memiliki kebijaksanaan (wisdom) tetapi kelihatan seperti anak-anak (child like). Insight mendalam nampak bersamaan dengan ketidakmatangan emosioanal dan mental. Mampu berpikir konvergen sekaligus divergen.
c.Ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi sikap bermain dan disiplin.
d.Pribadi yang kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas.
e.Pribadi kreatif menunjukan kecendrungan baik introversi maupun ekstroversi.
f.Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karya pada saat yang bersamaan.
g.Pribadi yang kreatif menunjukan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminim).
h.Orang yang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif.
i.Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat (passionate) bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian karya mereka.
j.Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering menderita, jika mendapat banyak kritik dan serangan, tetapi pada saat yang sama ia merasa gembira yang luarn biasa. (Utami Munandar, 1999).
a.Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah predisposisi genetis (genetic predisposition). Contohnya sesorang yang sistem sensorinya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.
b.Minat pada usia dini pada ranah tertentu. Minat menyebabkan seseorang terlibat sacara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
c.Akses terhadap suatu bidang (access to a domain). Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina atau mentor dalam bidang yang diminat, sangat membantu pengembangan bakat.
d.Access to a field. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat dan tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, sangat penting untuk mendapat pengakuan dan penghargaan dari orang-orang penting.
e.Orang-orang yang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapai tujuannya. (Utami Munandar, 1999).
Ciri-ciri kepribadian kreatif menurut Csikzenmihalyi
Mengemukakan 10 pasang ciri-ciri kepribadiaan kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis.
a.Pribadi yang kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka dapat berkerja selama berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi juga bisa tenang dan rileks, tergantung situasinya.
b.Pribadi yang kreatif cerdas dan cerdik tetapi pada saat yang sama mereka juga naif. Mereka tampak memiliki kebijaksanaan (wisdom) tetapi kelihatan seperti anak-anak (child like). Insight mendalam nampak bersamaan dengan ketidakmatangan emosioanal dan mental. Mampu berpikir konvergen sekaligus divergen.
c.Ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi sikap bermain dan disiplin.
d.Pribadi yang kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas.
e.Pribadi kreatif menunjukan kecendrungan baik introversi maupun ekstroversi.
f.Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karya pada saat yang bersamaan.
g.Pribadi yang kreatif menunjukan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminim).
h.Orang yang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif.
i.Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat (passionate) bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian karya mereka.
j.Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering menderita, jika mendapat banyak kritik dan serangan, tetapi pada saat yang sama ia merasa gembira yang luarn biasa. (Utami Munandar, 1999).