Belajar dan Mengajar
Kreatif
1.
Arti
Belajar Kreatif
a.
Pengertian
Belajar Kreatif
Kreativitas
seringkali dianggap sebagai sesuatu ketrampilan yang didasarkan pada bakat
alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi kreatif.
Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, walaupun dalam kenyataannya terlihat
bahwa orang tertentu memiliki kemampuan untuk menciptakan ide baru dengan cepat
dan beragam. Sesungguhnya kemampuan berpikir kreatif pada dasarnya dimiliki
semua orang.
Menurut
Satiadarma (2003:109), kreativitas merupakan salah satu modal yang harus
dimiliki siswa untuk mencapai prestasi belajar. Kreativitas siswa tidak
seharusnya diartikan sebagai kemampuan menciptakan sesuatu yang benar-benar
baru, akan tetapi kecerdasan yang dimiliki siswa dalam memandang ketentuan
Menurut
Munandar (2009:25) kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan baru yang dapat diterapkan dalam
pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan baru antara
unsur yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas seseorang dapat dilihat dari
tingkah laku atau kegiatannya yang kreatif.
Menurut
Slameto (2003:146) bahwa yang penting dalam kreativitas bukanlah penemuan
sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk
kreativitas merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus
merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya.
b.
Proses
Belajar Kreatif
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program
pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar
yaitu:
1.
Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang
merangsang belajar kreatif
·
Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku
kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap
menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa
sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur,
mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran
kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang
berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin
untuk itu diberikan pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan
pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu
siswa.
2.
Pengaturan Fisik
·
Membagi siswa dalam kelompok untuk
mengadakan diskusi kelompok.
o Kesibukan Dalam
Kelak
Kegiatan belajar
secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara
siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam
menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus
dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang
menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
o Guru sebagai
Fasilitator
Guru dan anak yang
berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah
yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa
(memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru.
Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat
menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan
masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81).
3.
Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam proses
belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan
kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.
·
Tehnik Bertanya
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif
adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini
membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan
hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka.
Dengan mengajukan
pertanyaan, guru memperoleh informasi yang berharga dan berguna untuk :
o
Menimbulkan minat dan motivasi siswa untuk
berperan serta aktif.
o
Menilai persiapansiswa ddan sejauh mana
siswa telah menguasai bahan yang diberikan
sebelumnya.
o
Mengulang kembali dan meringkas apa yang
telah diajarkan.
o
Membantu siswa melihat hubungan-hubungan
baru.
o
Merangsang pemikiran kritis dan
pengembangan sikap bertanya.
o
Merangsang siswa untuk mencari sendiri
pengetahuan tambahan.
o
Menilai pencapaian tujuan dan sasaran
belajar (Munandar, 1999 : 84)
·
Metode Diskusi
Dalam metode
dikusi, peran guru dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai
pasilitator yang mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi
seperlunya yang mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan
misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan
yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.
o
Metode Inquiri-Discovery
Pendekatan inquiry
(pengajuan pertanyaan, penyelidikan) dan discovery (penemuan) dalam belajar
penting dalam proses pemecahan masalah. Ada tiga tahap dalam proses pemecahan
masalah melalui inquiry, pertama adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini
merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan
dengan merumuskan masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah
dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan.
Melalui inquiry informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah
mencari atau menjajaki (searching). Pada tahap pertanyaan dan informasi
dihubungkan dengan perumusan hipotesis.
·
Mengajukan pertanyaan yang menantang
(provokatif)
Salah satu cara
untuk merangsang daya pikir kreatif adalah dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif) antara lain dengan menanyakan
apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah terjadi,
atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan
menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu situasi yang memang belum
pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa saja
kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu terjadi
di sini.
Memadukan
perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan Psikomotorik
(perasaan). Dalam rangka membangun manusia seutuhnya perlu ada
keseimbangan antara semua aspek perkembangan yaitu perkembangan mental
intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan
perkembangan moral.
c.
Mengapa Belajar Kreatif itu Penting ?
Refinger
(1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa
belajar kreatif itu penting.
1. Belajar
kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka.
Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar
mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
2. Belajar
kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah
yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
3. Belajar
kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak
pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita.
Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah
karir dan kehidupan pribadi kita.
4. Belajar
kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
d.
Tiga Tingkat Belajar Kreatif (Model
Treffinger)
Model
Treffinger untuk Mendorong Belajar Kreatif
Kreativitas
merupakan suatu kemampuan yang hendak ditingkatkan dalam kebanyakan program
anak berbakat. Untuk itu perlu ditumbuhkan iklim di dalam kelas yang menghargai
dan memupuk kreativitas dalam semua segi. Tidak cukup menyediakan waktu 30
menit sehari untuk kreativitas, hal ini tidak akan meningkatkan kemampuan
kreatif siswa. Diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif untuk membantu
siswa mengembangkan kemampuan ini.
Model
Treffinger untuk Mendorong Belajar Kreatif (Treffinger, 1986) menggambarkan
susunan tiga tingkat yang mulai dengan unsur-unsur dasar dan menanjak ke
fungsi-fungsi berpikir kreatif yang lebih majemuk. Seperti dalam Model
Penggayaan Renzulli (Renzulli, 1977, dikutip oleh Parke), siswa terlibat dalam
kegitan membangun keterampilan pada dua tingkat pertama untuk kemudian
menangani masalah kehidupan nyata pada tingkat ketiga. Model Treffinger terdiri
dari langkah-langkah berikut: basic tools, practice with
process, danworking with real problems.
Tingkat
I, basic tools atau teknik-teknik kreativitas tingkat I (Munandar,
dalam Semiawan, Munandar dan Munandar, 1987) meliputi keterampilan divergen
(Guilford, 1967, dikutip Parke, 1989) dan teknik-teknik kreatif. Keterampilan
dan teknik-teknik ini mengembangkan kelancaran dan kelenturan berfikir serta
kesediaan mengungkapakan pemikiran kreatif kepada orang lain.
Tingkat
II, practice with process atau teknik-teknik krativitas tingkat II
(Munandar, dalam Semiawan, Munandar dan Munandar, 1987) memberi kesempatan
kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari ada tingkat I dalam
situasi praktis. Untuk tujuan ini digunakan strategi seperti bermain peran,
simulasi, dan studi kasus. Keahiran dalam berfikir kreatif menuntuut siswa
memiliki keterampilan untuk melakukan fungsi-fungsi seperti analisis, evaluasi,
imajinasi, dan fantasi.
Tingkat
III, working with real problems atau teknik kreatif tingkat III
(Munandar, dalam Semiawan, Munandar dan Munandar, 1987) menerapkan keterampilan
yang dipelajari dua tingkat pertama terhadap tantangan dunia nyata. Seperti
pada kegiatan Tipe III pada ModelEnrichment Triad dari Renzulli, siswa
menggunakan kemampuan mereka dengan cara yang bermakna untuk kehidupannya. Siswa
tidak hanya belajar keterampilan berfikir kreatif, tetapi juga bagaimana
menggunakan informasi ini dalam kehidupan mereka.
2.
Mengajar
Kreatif
a.
Memberikan Pemanasan (Warming Up)
Untuk
menumbuhkan iklim atau suasana kreatif didalam kelas yang memungkinkan siswa
untuk membuka dirinya, merasa bebas dan aman untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya, guru perlu elakukan “pemanasan” atau warming up, seperti
dilakukan seseornag sebelum berenang, hanya saja disini pemanasannya adalah
secara mental. Jika sebelumnya sisiwa di dalam kelas dituntut untuk mengerjakan
berbagai tugas yang sangat bersetruktur, seperti mengulang apa yang diucapkan
oleh guru, maka siswa memerlukan switch mental dari proses pemikiran
reproduktif dan konvergen ke proses pemikiran divergen dan imajinatif.
Tugas
atau kegiatan yang bertujuan meningkatkan pemikiran dan sikap kreatif menuntut
cara dan sikap belajar yang berbeda, lebih bebas, terbuka, dan tertantang untuk
berperan secara aktif dengan memberanikan diri dan senang memberikan gagasan
sebanyak mungkin.
Pemanasan
dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang menimbulkan minat dan
rasa ingin tahu siswa, seperti, “Apa saja yang membuat kamu merasa
senang?” Apa saja yang kamu sukai disekolah? Dan apa yang tidak kamu sukai?” cara
lain yang berhasil adalah dengan mendorong siswa mengajukan pertanyaan terhadap
suatu masalah, seperti misalnya sering terjadi perkelahian antara siwa.
b. Pemikiran dan Perasaan Terbuka
Teknik pemikiran dan
perasaan terbuka ingin mengupayakan agar peserta didik terdorong memunculkan
perilaku divergen. Perilaku ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan
pertanyaan dan memungkinkan peserta didik mengungkapkan segala perasaan dan
pikiran sebagai jawaban. Adapun kegiatan pemikiran dan perasaan terbuka dapat dicontohkan
sebagai berikut:
·
Andai kata
Pertanyaan ini dapat
diungkapkan melalui pertanyaan tentang situasi yang tidak benar atau sesuatu
yang bertentangan dengan fakta.
·
Peningkatan suatu roduk
Pertanyaan ini dapat
diungkapkan melalui pengungkapan pemikiran pengembangan atau peningkatan
terhadap suatu kondisi yang telah ada. Contoh: Bagaimana cara memperbaiki cara
belajar yang biasa dilakukan sekarang.
·
Pemulaan yang tidak selesai
Pertanyaan ini dapat
dikemukakan dengan menyajikan suatu kondisi yang belum selesai atau belum
sempurna, untuk dipikirkan kemungkinan penyelesaian atau penyempurnaannya.
·
Penggunaan baru dari objek-objek umum
Pertanyaan ini dapat
dikemukakan melalui penyajian suatu benda atau hal untuk dipikirkan fungsi
lainnya dilain fungsi yang lazim. Contoh: tali sepatu, kancing baju, kumis, dan
lain sebagainya.
·
Alternatif judul
Pertanyaan ini dapat
dikemukakan melalui penyajian suatu stimulasi untuk dipikirkan judulnya yang
tepat. Contoh kepada peserta didik diperlihatkan naskah sebuah cerita, lukisan,
atau gambar-gambar tentang sesuatu.
·
Membantu siswa atau anak mengajukan pertanyaan.
Kegiatan ini dilakukan
mengingat pada biasanya siswa beranggapan bahwa gurulah yang banyak mengajukan
pertanyaan dalam konteks pembelajaran. Disini siswa diberi kesempatan untuk
memikirkan banyak pertanyaan. Melalui strategi pemikiran dan persaan terbuka
ini diharapkan peserta didik akan terangsang untuk meningkatkan rasa ingin
tahunya dan menguatkan minat untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran.
3.
Memupuk
Iklim Belajar Kreatif
a. Menerapkan Strategi
Memupuk Iklim Belajar Kreatif
Apabila
memperkatakan mengenai peranan guru dalam merangsang kreativiti pelajar timbul
dua persoalan utama yang perlu dijawab. Persoalan pertama ialah sejauh manakah
benarnya kenyataan bahawa kreativiti para pelajar sememangnya boleh
dipertingkatkan dalam bilik darjah? Persoalan kedua pula ialah mengenai
bagaimanakah para guru boleh membantu
meningkatkan kreativiti pelajar atau apakah sikap,pendekatan atau
tindakan yang guru perlu tunjuk dan lakukan untuk merangsang kemampuan kreatif
pelajar?
Ada
beberapa kajian ( Niu & Sternberg 2003; Torrance 1961) yang telah dilakukan
untuk menjawab persoalan pertama yang penting itu. Niu & Sternberg (2003)
telah menjalankan satu kajian untuk menganalisa dua cara yang digunakan
untuk meningkatkan kreativiti 96 orang
pelajar di sebuah Sekolah Tinggi di Beijing, China. Para pelajar ini telah
diminta untuk menghasilkan satu hasil seni yaitu kolaj. Dalam kajian ini para
pelajar telah dibahagikan kepada 3 kumpulan yaitu kumpulan pertama tidak
menerima sebarang arahan supaya menjadi kreativiti apabila menghasilkan kolaj,
kumpulan kedua telah menerima arahan supaya menjadi kreatif apabila
menghasilkan kolaj dan kumpulan ketiga pula telah diajar secara terperinci
bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif. Kolaj yang dihasilkan oleh para pelajar tersebut
telah diadili secara subjektif dan objektif. Hasil kajian ini mendapati bahawa
para pelajar yang telah diminta menjadi kreatif telah menghasilkan kolaj yang
kreatif berbanding dengan rakan-rakan mereka yang tidak menerima sebarang
arahan supaya menjadi kreatif. Kajian juga mendapati bahawa pelajar yang diajar
secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif telah menghasilkan
kolaj yang paling kreatif. Dapatan kajian ini menunjukkan kepada kita bahawa
kreativiti pelajar boleh ditingkatkan
dalam bilik darjah melalui arahan-arahan yang disampaikan oleh guru
kepada para pelajarnya.
Di
samping itu, Torrance (1961) telah mengajar guru-guru di beberapa buah sekolah
di Amerika Syarikat lima prinsip pengajaran kreatif iaitu: (1) menghormati
soalan-soalan yang dikemukakan oleh pelajar; (2) menghormati idea-idea
imaginatif yang dikeluarkan oleh pelajar; (3) tunjukkan kepada pelajar bahwa
idea-idea yang mereka keluarkan mempunyai nilai tersendiri; (4) benarkan
pelajar melakukan perkara-perkara tertentu untuk tujuan latihan semata-mata
tanpa sebarang penilaian; dan (5) kaitkan sebarang penilaian yang guru lakukan
dengan sebab dan akibat. Para guru tersebut telah menjalankan pengajaran dengan
mengikut kelima-lima prinsip ini selama empat minggu. Satu lagi kumpulan guru
yang dikawal telah menjalankan pengajaran mereka mengikut prosedur biasa untuk
tempoh yang sama. Ujian kreativiti yang dilakukan terhadap pelajar sebelum dan
sesudah kajian ini dilakukan menunjukkan bahawa terdapat peningkatan yang
mendadak terhadap pelajar yang diajar oleh guru menggunakan lima prinsip
pengajaran kreativiti berbanding dengan pelajar yang diajar oleh guru mengikut
prosedur biasa. Mereka mendapat markah yang lebih tinggi untuk keaslian ,
keluwesan, kefleksibelan dan penghuraian (Stein, 1974).
Sebagai
tambahan, Amabile (1983) mendakwa bahawa sesiapa yang memiliki kebolehan
kognitif yang biasa boleh bercita-cita untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif
dalam bidang tertentu. Cropley (1992) pula menambah bahwa semua pelajar tanpa
mengira tahap kepintaran mereka memilikinkemampuan untuk berfikir secara
konvergen dan divergen. Pemikiran divergen adalah pemikiran yang dikaitkan dengan
kreativiti. Bagi menjawab soalan yang kedua yaitu bagaimanakah kreativiti boleh
dipertingkatkan, beberapa percobaan telah dilakukan untuk membangunkan pelbagai
pendekatan untuk meningkatkan kreativiti dalam bilik darjah. Secara
keseluruhannya pendekatan itu boleh dibahagikan kepada tiga kategori yaitu: (a)
Strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran
guru atau pedagogi (b) Pendekatan berstruktur yang melibatkan penggunaan
teknik-teknik khusus (c) Pendekatan penyelesaian masalah terhadap isi mata
pelajaran. Disebabkan kekangan masa dan tenaga, perbincangan ini akan
memberikan tumpuan kepada strategi-strategi umum yang hanya melibatkan
perubahan dalam stail pengajaran guru.
b.
Menjelaskan
Tentang Saran - Saran dalam Memupuk Belajar Kreatif
·
Menghargai kreativitas siswa.
·
Bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan baru.
·
Mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual.
·
Bersikap menerima dan menunjang anak.
·
Menyediakan pengalaman mengajar yang berdiferensisasi.
·
Memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak tidak merasa.
·
Ragu-ragu tetapi di lain pihak cukup luwes sehingga tidak
menghamabat pemikiran, sikap dan perilaku kreatif anak.
·
Setiap anak ikut mengambil bagian dalam merencanakan
pekerjaan sendiri dan pekerjaan kelompok.
·
Tidak bersikap sebagai tokoh yang “maha mengetahui” tetapi
menyadari
keterbatasannya sendiri.
keterbatasannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar